BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Psikologi Pendidikan
1.
Pengertian Landasan Psikologi
Pendidikan
Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti
jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu
pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah
ilmu tentang jiwa. Dengan pesatnya perkembangan teknologi dari ilmu
pengetahuan, maka perubahan-perubahan pesat terjadi pula dalam bidang
pendidikan. Kurikulum yang sering direvisi dalam pengembangannya, tujuan
pendidikan sering mengalami perubahan dalam perumusannya, metode belajar
mengajar sering mengalami perubahan dan pengembangan, dan sumber serta
fasilitas belajar sering mengalami penambahan.
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa
adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam
keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa
manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan
aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan suatu
landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang
kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek
pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali
dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan
untuk memudahkan proses pendidikan.
Landasan Psikologi pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya
serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap
tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai
dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses
pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah
yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar ( Tirtaraharja, 2005:
106 ).
Landasan psikologi
pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasnya sangat
dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik
harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap
tahap perkembangan yang berbeda dari bayi hingga dewasa. Keadaan anak yang
tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan, karena dibimbing, dan
kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan
lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara
psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami
perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun
pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari
sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah
salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan
merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek
pendidikan adalah manusia,
sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan
demikian keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat
mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur
psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.
2.
Aliran Psikologi
Belajar
Pada akhir abad ke-19 ada dua
aliran psikologi belajaryang sangat menonjol, yakni aliran behavioristik dan
aliran kognitif atau teori komprehensif. Kedua aliran tersebut besar sekali
pengaruhnya terhadap teori pengajaran. Bahkan bias dikatakan hampir semua
pengajaran yang dilaksanakan saat ini dihasilkan dari kedua aliran psikologi
belajar tersebut (Sudjana, 2008: 36)
2.1. Aliran Behavioristik
Ada tiga teori belajar aliran
behavioristik yang paling terkenal yaitu :
a)
Teori
koneksionisme (E. L. Thorndike)
Thorndike pada tahun 1901 dengan teori psikologi
perkembangannya merupakan landasan pertama ke arah teknologi pembelajaran yang
menyatakan tiga dalil utama :
1)
Dalil latihan dan ulangan: makin
sering diulang respons yang berasal dari stimulus tertentu, makin besar
kemungkinan dicamkan.
2)
Dalil akibat menyatakan prinsip
hubungan senang tidak senang. Respons akan diperkuat bilamana diikuti oleh rasa
senang, dan akan diperlemah bila diikuti rasa tidak senang.
3)
Dalil kesiapan: karena
perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan,
dibandingkan dengan unit perilaku lain.
Menurut Saettler, kontribusi Thorndike dalam
teknologi pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang pinsip-prinsip:
(1) aktivitas diri,
(2) minat atau motivasi,
(3) kesiapan mental,
(4) individualisasi, dan
(5) sosialisasi.
Prinsip yang dikemukakan oleh Thorndike ini memang
masih banyak dianut hingga kini, terutama dalam menentukan strategi belajar dan
merancang produk pembelajaran.
b) Teori kondisioning klasikal (Ivan Pavlov)
Teori
kondisioning klasikal berpendapat bahwa tingkah laku dibentuk melalui
pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan. Proses pembentukan tingkah
laku tersebut disebut proses pengkondisian. Dalam teori kondisioning klasikal,
memberikan pancingan dan dorongan stimulus belajar merupakan factor penting
agar dapat menimbulkan respons sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku.
c) Teori kondisioning operan (B. F. Skinner)
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan
pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. B.F. Skinner
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model
instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang
dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya
jauh lebih fleksibel dari pada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan
dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku
operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan
Behaviorisme didasarkan pada asumsi
bahwa:
·
Hasil belajar adalah berupa perubahan tingkah laku yang
dapat diobservasi.
·
Tingkah laku dan perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dimodifikasi oleh kondisi-kondisi lingkungan.
·
Komponen teori behavioral ini adalah stimulus, respon dan konsekuensi.
·
Faktor penentu yang penting sebagai kondisi lingkungan dalam
belajar adalah reinforcement.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
·
Individualisasi: perlakuan individual didasarkan pada tugas,
ganjaran dan disiplin.
·
Motivasi: motivasi belajar bersifat ekstrinsik melalui
pembiasaan secara terus-menerus.
·
Metodologi: metode bealjar dijabarkan secara rinci untuk
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan tertentu dan menggunakan teknologi.
·
Tujuan kurikuler : berpusat pada pengetahuan dan
keterampilan akademis serta tingkah laku sosial.
·
Bentuk pengelolaan kelas : pengelolaan kelas berpusat pada
guru, hubungan-hubungan sosial hanya merupakan cara untuk mencapai tujuan dan
bukan tujuan yang hendak dicapai.
·
Usaha mengefektifkan mengajar :dengan cara menyusun program
secara rinci dan bertingkat serta mengutamakan penguasaan keterampilan.
·
Partisispasi : peserta didik mungkin pasif.
·
Kegiatan belajar peserta didik : pemahiran keterampilan
melalui pembiasaan setahap demi setahap secara rinci
·
Tujuan umum : kemampuan mengerjakan sesuatu
2.2. Kognitif didasarkan pada asumsi
bahwa:
·
Individu mempunyai kemampuan memproses informasi.
·
Kemampuan memproses informasi tergantung faktor kognitif
yang perkembangannya berlangsungsecar bertahap sejalan dengan tahapan usianya.
·
Belajar adalah proses internal yang kompleks berupa
pemrosesan informasi.
·
Hasil belajar adalah berupa perubahan struktur kognitif.
·
Cara belajar pada anak-anak dan orang dewasa berbeda secara
tahap perkembangannya.
Implikasinya terhadap pendidikan
adalah sebagai berikut:
·
Individualisasi : perlakuan individu didasarkan pada tingkat
perkembngan kognitif peserta didik
·
Motivasi: bersifat intrinsik yang timbul berdasarkan
pengetahuan yangtelah dikuasai peserta didik
·
Metodologi : menggunakan kurikulum dan metode-metode yang
berfungsi mengembangkan keterampilan dasar berfikir.
·
Tujuan kurikuler : difokuskan untuk mengembangkan
keseluruhan kemampuan sensori, motor, bahasa, kognitif, adapun interaksi sosial
merupakan cara / alat untuk mengembangkan intelegensi.
·
Bentuk pengelolaan kelas : berpusat pada peserta didik
·
Usaha mengefektifkan mengajar : dengan cara mengutamakan
program-program pendidikan berupa pengetahuan-pengetahuan yang terpadu, adapun
konsep-konsep dan keterampilan harus secara hierarkis.
·
Partisispasi peserta didik: peserta didik dituntut
berpartisipasi aktif untuk mengembangkan kognitif, peserta didik belajar dengan
bekerja.
·
Kegiatan belajar peserta didik :mengutamakan belajar melalui
tilikan dan pemahaman.
·
Tujuan umum : mengembangkan kemampuan atau fungsi-fungsi
kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksana.
3.
Implikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan
3.1
Definisi dan prinsip perkembangan
Perkembangan adalah proses
terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak
berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses
perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan
proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi
pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya
seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan mentalnya.
Sedangkan belajar adalah proses yang berkesinambungan dari sebuah
pengalaman yang akan membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi
tahu ( kognitif ), dari tidak mau menjadi mau ( afektif ) dan dari tidak bisa
menjadi bisa ( psikomotorik ), misalnya seorang anak yang belajar mengendarai
sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak
tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada
seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan
memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses
kematangan dan belajarnya buruk. Manusia
dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada
manusia dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek
dalam perkembangan tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional,
dan sosial
Semua manusia pasti akan mengalami
perkembangan dengan tingkat perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang
dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam
proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua
orang yaitu prinsip
perkembangan .
Prinsip
perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Perkembangan
terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia
- Kecepatan
perkembangan setiap individu berbeda
- Semua
aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya
- Arah
perkembangan individu dapat diprediksi
- Perkembangan
terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.
3.2 Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan Individu
a. Nativisme
Teori nativisme adalah teori yang
berasumsi bahwa setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa
faktor-faktor turunan dari orang tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor
penentu perkembangan individu. Tokoh
teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel, implikasi teori nativisme
terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan kemungkinan bagi pendidik untuk
mengubah kepribadian peserta didik.
b. Empiris
Teori empiris adalah teori yang
berasumsi bahwa setiap individu yang terlahir ke dunia adalah dalam kaeadaan
bersih sedangkan faktor penentu perkembangan individu tersebut adalah
lingkungan dan pengalaman. Tokoh
teori ini adalah John Lock dan J.B. Watson. Implikasinya
teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan
sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik.
c. Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang
berasumsi bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan dan
faktor lingkungan serta pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah
gabungan dari teori empiris dan teori konvergensi. Tokoh teori ini adalah
Wiliam Stern dan Robert J Havighurst. Implikasi teori konvergensi terhadap
pendidikan yaitu dapat memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk
kepribadian individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetapa memperhatikan
faktor-faktor hereditas yang ada pada individu.
3.3 Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan
Pendidik
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil ( anak adalah orang
dewasa mini ) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi
bahwa masa anak-anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang dewasa. Anak
menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap mengenai keadaan
fisik, social, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka berkembang, mereka
mempunyai cara-cara memahami bereaksi, dan mempresepsi yang sesuai dengan
usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan.
Robert Havighurst membagi
perkembangan individu menjadi 4 tahap, yaitu masa bayi dan masa kanak-kanak
kecil ( 0-6 tahun ), masa kanak-kanak ( 6-12 tahun ), masa remaja atau adolesen
( 12-18 tahun ), dan masa dewasa ( 18- …tahun ), selain itu havighurst
mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan ( development task ) yang harus
diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut :
a. Tugas
perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak kecil ( 0-6 tahun )
1) Belajar
berjalan
2) Belajar
makan makanan yang padat
3) Belajar
berbicara/berkata-kata
4) Belajar
mengontrol pembuangan kotoran tubuh
5) Belajar
tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis
kelaminnya
6) Mencapai
stabilitas fisiologis / jasmaniah
7) Pembentukan
konsep sederhana tentang kenyataan social dan kenyataan fisik
8) Belajar
berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara dan orang lain
9) Belajar
membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata
hati
- Tugas perkembangan masa
kanak-kanak ( 6-12 tahun ):
1) Belajar
keterampilan fisik yang perlu untuk permainan sehari-hari
2) Pembentukan
kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organism yang tumbuh
3) Belajar
bermain dengan teman-teman lainnya
4) Belajar
memahami peranan-peranan kepriaan dan kewanitaan
5) Pengembangan
kemahiran dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
6) Pengembangan
konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari
7) Pengembangan
kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilai-nilai
8) Pengembangan
kebebasan pribadi
9) Pengembangan
sikap-sikap terhadap kelompok social dan lembaga
c. Tugas
perkembangan masa Remaja / Adolesen ( 12-18 ):
1) Mencapai
peranan social dan hubungan yang lebih matang sebagai laki-laki / perempuan
serta kebebasan emosional orang tua
2) Memperoleh
jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu
pekerjaan
3) Mempersiapkan
diri untuk keluarga
4) Mengembangkan
kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggung jawab dalam
masyarakat
- Tugas perkembangan pada masa
Dewasa ( 18 - ….)
1) Masa
dewasa awal :
- Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama
- Memulai berkeluarga
- Mulai menduduki suatu jabatan / pekerjaan
2) Masa
dewasa tengah umur :
- Mencapai tanggung jawab social dan warga Negara yang dewasa
- Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa
- Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi
- Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua
- Tugas perkembangan Usia Lanjut
:
1) Menyesuaikan
diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani
2) Menyesuaikan
diri pada saat pension dan pendapatan yang semakin berkurang
3) Menyesuaikan
diri terhadap kematian, terutama banyak beribadah
Dari uraian di atas, seorang
pendidik dalam proses pebelajarannya harus memperhatikan tugas perkembangan
pada setiap masa perkembangan anak. Dimulai dari perencanaan pembalajaran yang
akan dilaksanakan sampai dengan penilaian akhir serta evaluasi pembelajaran
tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan tugas perkembangan peserta didik
pada setiap masa perkembangannya.
3.4 Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik (
Orang Dewasa ) yang diharapkan
Implikasi perkembangan individu terhadap
perlakuan pendidik ( orang dewasa) yang diharapkan dalam rangka
membantu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya adalah sebagai berikut :
a. Perlakuan
pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa kanak-kanak kecil :
1) Menyelenggarakan
disiplin secara lemah lembut secara konsisten
2) Menjaga
keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan
3) Bercakap-cakap
dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik
4) Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi
5) Menghargai
hal-hal yang dapat dikerjakan peserta didik
b. Perlakuan
pendidik ( orang dewasa ) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa prasekolah :
1) Memberikan
tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara berangsur-angsur dan
terus menerus
2) Latihan
harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan dsb.
3) Menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik
4) Menyediakan
benda-benda untuk diekplorasi
5) Memberikan
kesempatan untuk berinteraksi ssosial dan kerja kelompok kecil
6) Menggunakan
program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
7) Memperbanyak
aktivitas berbahasa seperti bercerita, mengklasifikasikan, diskusi masalah, dan
membuat aturan-aturan.
c. Perlakuan
pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa kanak-kanak :
1) Menerima
kebutuhan-kebutuhan akan kebebasan anak; dan menambah tanggung jawab anak.
2) Mendorong
pertemanan dengan menggunakan projek-projek dan permainan kelompok
3) Membangkitkan
rasa ingin tahu
4) Secara
konsisten mengupayakan disiplin yang tegas dan dapat dipahami
5) Menghadapkan
anak pada gagasan-gagasan dan pandangan-pandangana baru
6) Bersaama-sama
menciptakan aturan dan kejujuran
7) Memberikan
contoh model hubungan social
8) terbuka
terhadap kritik
d. Perlakuan
pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada
masa remaja awal :
1) Memberikan
kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak mengutamakan
tenaga fisik yang besar.
2) Menerima
makin dewasanya peserta didik
3) Memberikan
tanggung jawab secara berangsur-angsur
4) Mendorong
kebebasan dan tanggung jawab.
e.
Perlakuan pendidik (
orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik pada masa remaja
akhir :
1)
Menghargai
pandangan-pandangan pessrta didik
2)
Menerima kematangan
peserta didik
3)
Memberikan kesempatan
luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat
4)
Memberikan kesempatan
yang luas untuk pendidikan karir
5)
Menggunakan kerjasama
kelompok untuk memecahkan masalah
6)
Bekreasi bersama dan bersa-sama
menegakan berbagai aturan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar