BAB II
PEMBAHASAN
Siswa
sebagai individu pelajar, yakni orang yang melakukan peristiwa belajar secara
manusiawi harus dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi menerima dan
mengelola informasi melalui pengalaman kongkrit, pengamatan mendalam, pengkonsepan
dan konseptualisasi secara abstrak dan percobaan luas atau eksperimen,
(Kolb:1987). Dengan kata lain proses belajar siswa harus diartikan sebagai
aktivitas individu dalam membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman
tidaklah berisi tunggal tetapi selalu bersudut jamak. Oleh karena itu
pengalaman belajar murid (learning experiences) yang baik dan bermakna adalah
pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola interaksi dan
kegiatan yang sengaja dikembangkan oleh guru. Oleh karena itu bila guru ingin
membangun pengalaman belajar siswa yang bermakna, guru seyogyanya menguasai
keterampilan penganekaragaman pola interaksi dan kegiatan.
- Pola
Interaksi
1.
Pengertian Pola Interaksi
. Interaksi adalah
hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial
dimulai pada saat itu. Pola interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses
terjadinya interaksi. Aktifitas semacam saling menegur, berjabat tangan, saling
berbicara bahkan mungkin berkelahi merupakan bentuk / pola interaksi. Sebagai
contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang guru menghadapi
murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam
interaksi tersebut pada taraf pertama akan tampak bahwa guru mencoba untuk
menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung dengan seimbang, di mana
terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara kedua belah pihak. Sebagai contoh
lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak didiknya untuk memecahkan
sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan terjadi, adanya saling
memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.
2.
Jenis-jenis Pola Interaksi
Bila
dilihat dari jumlah peserta murid dalam suatu kegiatan belajar, kegiatan
belajar dapat berupa kegiatan perseorangan, pasangan dan kelompok kecil (3-5
orang), kelompok besar (6-10 orang), dan klasikal (11-30
orang). Pola interaksi yang bisa terjadi pada setiap jenis kegiatan
tidak selalu sama seperti dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Pola
interaksi perseorangan (pola INPERS)
Pola ini menekan pada
komunikasi antar siswa dalam memanfaatkan sumber belajar. contohnya: membaca, mengerjakan tugas individu,
observasi
b) Pola
interaksi pasangan (pola INPAS)
Pola ini menekankan
pada interaksi siswa secara pasngan dalam memanfaatkan sumber belajar dan kerja
sama antar siswa. contohnya: berunding
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan secara klasikal, berlatih menggunakan
peralatan tertentu.
c) Pola
interaksi kelompok kecil
Pola ini menekankan
pada partisipasi dan intensitas belajar siswa secara individual dan kelompok
dalam memanfaatkan sumber belajar. contohnya : diskusi, melakukan onservasi/percobaan, membuat laporan
d) Pola
interaksi kelompok besar
Pola ini menekankan
pada partisipasi siswa dalam kelompok besar melalui komunikasi antar individu
dalam kelompok, kerja sama kelompok dan kompetisi sehat antar kelompok.
contohnya
e) Pola
Interaksi Klasikal (pola INKLAS)
Pola interaksi ini
menekankan pada layanan belajar terhadap kelompok siswa di bawah kendali
langsung guru, kerja sama kelompok kelas dan pemanfaatan sumber belajar lintas
kelas. Contohnya mendengarkan
informasi, demonstrasi suatu percobaan, menyaksikan permainan drama.
B. Model
Pembelajaran
Kegiatan
inti dalam PKR dengan jelas mempersyaratkan pemanfaatan aneka ragam proses
belajar. Untuk itu setiap guru PKR perlu memahami dan dapat menerapkan aneka
ragam model pembelajaran. Dengan cara itu guru akan lebih siap dan lebih
percaya diri. Murid-murid akan merasa senang untuk mengikuti pelajaran kelas
rangkap.
Salah
satu unsur penting dalam pembelajaran yang efektif adalah kualitas
pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penerapan aneka model
pembelajaran. Tentu saja tidak semua
model perlu diterapkan secara bersamaan. Pilihan Anda yang tepat mengenai model
yang diterapkan sangatlah penting. Unsur
penting kedua dalam pembelajaran efektif adalah luas dan bermaknanya keterlibatan
murid dalam proses belajar. Untuk inipun Anda memerlukan penguasaan aneka model
pembelajaran. Baiklah, marilah kita mengkaji ciri-ciri pokok pada setiap
model dan keterlaksanaannya model
tersebut dalam pembelajaran. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Format atau model pembelajaran tersebut antara lain
adalah:
1. Proses
Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
Langkah-langkah
Kategori kegiatan
|
Perincian bentuk kegiatan
|
Penyeleksian
|
1) Menemukan
informasi esensial
2) Membuat
catatan tentang hal penting
3) Mengekspolasikan
ide pokok
|
Pemahaman
|
1)
Melihat bahan lebih awal
2)
Menggunakan isyarat kontekstual
3)
Mencari sumber bahan
|
Penguatan ingatan
|
1)
Mengkaji ulang bahan
2)
Mengingat butir penting
3)
Mengetes sendiri
|
Penjabaran lanjutan
|
1)
Bertanya pada diri sendiri
2)
Membentuk citra sendiri
3)
Menarik analogi dan metafora
|
Pengintegrasian
|
1) Mengungkapkan
sendiri
2) Membuat
ilusstrasi atau diagram
3) Menggunakan
banyak sumber
4) Mengaitkan
banyak pengetahuan yang telah dimiliki
5) Menjawab
permasalahan sendiri
|
Pemantauan
|
1)
Mengecek apa yang telah dikuasai
2)
Menyadari kekuatan dn kelemahan
diri sendiri
|
Model
ini digunakan sebagai model belajar mandiri. Belajar mandiri bisa dilakukan
secara perorangan dan kelompok. Belajar mandiri adalah mencari dan mengolah
informasi atas dasar dorongan belajar dari dalam diri. Maksudnya murid tanpa
menunggu datangnya tugas dari orang lain.
Peran guru dalam model ini benar-benar sebagai pengarah dan pemberi
kemudahan dalam belajar bagi murid. Dalam hubungan ini guru bertugas memelihara
kelangsungan belajar. Keberhasilan belajar
sebagian besar terletak pada berhasil tidaknya PBAS dibiasakan di
lingkungan sekolah.
2. Proses
Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS)
a. Olah
Pikir Sejoli (OPS)
Model ini mempunyai langkah –langkah
pelaksanaan sebagai berikut;
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Murid menyimak pertanyaan
yang diajukan oleh guru
2) Tahap
2 : Semua murid diberi
kesempatan untuk memikirkan jawaban atas
pertanyaan tersebut.
3) Tahap
3 : Guru memberi isyarat agar
murid secara berpasangan duduk untuk
mendiskusikan jawaban
yang telah dipikirkan sendiri dan merumuskan
jawaban mereka.
4) Tahap
4 : Masing-masing pasangan
diminta untuk menyampaikan jawabannya
dalam
diskusi kelas dengan bimbingan guru
Model
ini memiliki ciri pada komunikasi banyak arah secara bertahap. Tahap pertama
dan kedua mewadahi komunikasi satu arah yaitu guru-murid. Tahap ketiga mewadahi
komunikasi timbale balik dalam kelompok kecil dua orang sebagai persiapan
komunikasi banyak arah pada tahap
keempat. Pada dasarnya model ini memiliki tujuan membina kerjasama dan
komunikasi social. Dalam penggunaannya model ini guru berperan sebagai
moderator, pengatur dan manager atau pengelola kelas.
b. Olah
Pikir Berebut (OPB)
Model
ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Guru mengajukan pertanyaan
yang meminta banyak jawaban
2) Tahap
2 : Murid secara perorangan
berfikir dan selanjutnya memberi jawaban
secara lesan.
Model
ini termasuk ke dalam proses mengemukakan pendapat yang dirangsang dengan pertanyaan
menyebar dan memiliki kemungkinan banyak jawaban. Tujuan dari model ini adalah
untuk melibatkan sebanyak mungkin murid
dalam menggali jawaban dari murid, untuk mengemukakan pendapatnya. Peran guru
yang utama adalah sebagai penanya, moderator dan manager kelas.
c. Konsultasi
Intra Kelompok (KIK)
Model ini memiliki langkah-langkah sebagai
berikut:
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Murid diminta menyiapkan
alat tulis di tempat dan di atas meja
masing-masing.
2) Tahap
2 : Satu orang untuk setiap kelompok
diminta membacakan pertanyaan
pertama dari beberapa pertanyaan yang telah
disiapkan
3) Tahap
3 : Semua murid berusaha untuk
menjawab pertanyaan dari buku yang
tersedia atau dari hasil diskusi kelompok
4) Tahap
4 : Murid yang tidak bertugas
membaca pertanyaan pada setiap
kelompok ditugasi untuk
mengecek apakah murid dalam kelompok lain mengerti maksud pertanyaan yang
diberikan dan menyepakati jawaban yang diberikan.
5) Tahap
5 : Bila telah dicapai
kesepakatan mengenai jawaban atau pertanyaan itu,
semua murid mengambil alat tulis dan
menuliskan jawaban dengan
kata-kata sendiri pada buku catatan
masing-masing.
6) Tahap
6 : Meneruskan kegiatan untuk
pertanyaan ke 2 dan seterusnya sampai
merata keseluruh murid dalam masing-masing
kelompok.
Tujuan
model ini adalah untuk mengembangkan kemampuan dan kebiasaan saling membagi ide
dan membuat kesempatan bersama
mengenai suatu hal serta menuangkan hasil kesepakatan itu
dengan bahasa sendiri. Model ini mungkin lebih cocok digunakan untuk kelas IV,
V dan VI Sekolah Dasar
d. Tutorial
Teman Sebaya (TTS)
Adalah
pembelajaran dimana siswa berkelompok berpasangan dua orang, seseorang dari
pasangan itu mengulangi penjelasan materi pelajaran yang diterimaa dari sajian
guru kepada paangannya, kemudian pasangan yang mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran sampai keduanya jelas dan
memahami materi pelajran.
Model
ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Pilihlah murid yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata
2) Tahap
2 : Berikan tugas khusus untuk
membantu temannya dalam bidang
tertentu
3) Tahap
3 : Guru selalu memantau proses
saling membantu tersebut
4) Tahap
4 : Berikan penguatan kepada
kedua belah pihak agar murid yang
membantu
dan yang dibantu merasa senang
Model
ini dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling membantu antar
teman sebaya. Hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan program tutorial ini
adalah sebagai berikut:
a) Mulailah
dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.
b) Jelaskan
tujuan itu kepada seluruh murid
c) Siapkan
bahan dan sumber belajar yang memadai
d) Gunakan
cara yang praktis
e) Hindari
kegiatan yang bersifat mengulang yang telah dilakukan guru.
f) Pusatkan
kegiatan tutorial kepada keterampilan pikiran yang diminta di kelas.
g) Berikan
latihan singkat mengenai kegiatan yang akan dilakukan tutor
h) Lakukan
pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial
e. Tutorial
Lintas Kelas (TLK)
Model
ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Pilihlah murid yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata
2) Tahap
2 : Berikan tugas khusus untuk
membantu murid adik kelasnya
3) Tahap
3 : Guru selalu memantau proses
saling membantu antara murid
4) Tahap
4 : Berikan penguatan kepada
kedua belah pihak agar murid yang
membantu dan yang dibantu merasa senang
Model
ini digunakan secara lintas kelas. Murid yang lebih tinggi dan mempunyai
kepandaian ditugasi untuk membantu kelompok murid kelas dibawahnya. Misalnya
murid kelas VI membantu murid kelas V atau kelas IV.
f. Diskusi
Meja Bundar (DMB)
Model
ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Murid dibagi kedalam
kelompok kecil berjumlah 3-4 orang
2) Tahap
2 : Guru mengajukan pertanyaan
yang menuntut banyak jawaban
3) Tahap
3 : Selembaran kertas diedarkan
dalam setiap kelompok. Secara bergilir
setiap murid dalam kelompok itu, menuliskan
jawaban pertanyaan
menurut pendapatnya sendiri
4) Tahap
4 : Secara bersama mendiskusikan
jawaban yang berbeda dengan arahan
guru
Model
ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan mengemukakan ide secara
tertulis melalui situasi kerja kelopok.
Model ini hamper sama dengan model OPB, hanya dalam model OPB jawaban murid
disampaikan secara lisan. Penggunaan model ini lebih tepat di kelas IV keatas.
g. Tugas
Diskusi Resitasi (TDR)
Model
ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
Rincian Kegiatan
1) Tahap
1 : Pemberian tugas dari guru
2) Tahap
2 : Pelaksanaan diskusi kelompok
murid
3) Tahap
3 : Pelaporan hasil diskusi
murid
Model
TDR ini merupakan kombinasi dari metode pemberian tugas dan diskusi. Model ini
cocok digunakan di kelas IV ke atas. Tujuan model ini mengembangkan
keterampilan akademis yang digapai melalui situasi kerja sama. Dalam model ini
guru berperan sebagai manager kelas dan nara sumber.
h. Aktivitas
Tugas Tertutup (ATTu) dan Aktivitas Tugas Terbuka (ATTa)
Model
ATTu dan ATTa, tidak memiliki langkah
khusus, karena itu berlaku prosedur peberian tugas biasa. Yang menjadi cirri
khas dalam kedua model ini ialah dalam sifat tugasnya. Tugas tertutup berbentuk
tugas yang hanya memerlukan satu jawaban yang benar. Sedang tugas terbuka
berbentuk tugas yang menuntut hasil yang beraneka ragam, misalnya membuat
karangan. Model ini dapat digunakan untuk berbagai bidang studi. Dalam kelas
PKR model ini lebih tepat digunakan di kelas IV keatas. Peran guru adalah
sebagai nara sumber dan manager kelas. Tujuan dari model ini adalah melatih
keterampilan berfikir kognitif dan komunikasi secara tertulis.
BAB
III
Penutup
Kesimpulan :
Proses
belajar siswa harus diartikan sebagai aktivitas individu dalam membangun
pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman belajar murid yang baik dan bermakna
adalah pengalaman belajar yang dibangun melalui aneka ragam pola interaksi dan
kegiatan yang sengaja dikembangkan oleh guru. Pola
interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Aktifitas
semacam saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin
berkelahi merupakan bentuk / pola interaksi. Jenis-jenis Pola Interaksi yaitu ola interaksi perseorangan (pola
INPERS), pola interaksi pasangan (pola INPAS), pola interaksi kelompok kecil,
pola interaksi kelompok besar, pola Interaksi Klasikal (pola INKLAS).
ada sumber nya ndak kakak ?
BalasHapus